k0re@n

Kamis, 06 Januari 2011

Sinopsis Film My Name is Khan
My name is Khan bercerita tentang sosok Rizwan Khan, seorang muslim India yang sejak lahir menderita Sindrom Asperger (Asperger syndrome), sebuah gejala autisme dimana para penderitanya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungan sekitar.
Uniknya penderita sindrom ini memiliki IQ yang relatif tinggi sehingga dianggap cerdas walau terkadang minim emosi layaknya manusia normal. Bersama sang ibu yang janda (Zarina Wahab), Rizwan tinggal bersama adiknya Zakir Khan (Jimmy Shergill) di wilayah kumuh Borivali-Mumbai.
Pada usia 18 tahun, sang adik mendapatkan beasiswa untuk belajar di Amerika Serikat. Tidak berapa lama kemudian sang ibu meninggal dunia karena sesak nafas, sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, sebuah pesan diberikan untuk Rizwan, sang ibu berpesan padanya untuk terus mengejar kebahagiaannya sendiri.
Zakir lalu memboyong Rizwan untuk tinggal bersamanya di San Fransisco dan memberikan pekerjaan sebagai sales obat kecantikan di perusahaannya. Istri Zakir, Haseena (Sonya Jehan) seorang dosen psikologi adalah orang pertama yang merasakan “keanehan” tingkah Rizwan.
Dari situ akhirnya dideteksi kalau Rizwan menderita Sindrom Asperger. Lewat sejumlah terapi, Rizwan akhirnya bisa hidup mandiri di San Fransisco yang keras sebelum akhirnya jatuh cinta dengan Mandira (Kajol), janda beranak satu yang membuka salon kecantikan di San Fransisco.
Bagi Rizwan, sosok Mandira adalah salah satu bentuk kebahagiaan yang selama ini dicarinya seperti pesan sang ibu sebelum meninggal. Walaupun sempat ditentang oleh sang adik karena perbedaan agama antara Rizwan yang muslim dengan Mandira yang Hindu, namun pernikahan mereka berjalan harmonis.
Kehidupan keluarga yang harmonis antara Rizwan, Mandira dan sang anak semata wayang mereka, Sameer (Yuvaan Makaar) berubah total saat sejumlah teroris yang mengatasnamakan agama dan suku menyerang menara kembar World Trade Center di New York pada September 2001.
Sebuah peristiwa memilukan kemudian terjadi dalam keluarga kecil Rizwan dimana mereka harus kehilangan Sameer yang dibunuh secara sadis oleh teman sekolahnya karena isu rasial. Mandira yang terpukul lalu mengusir Rizwan. Mandira mengultimatum Rizwan untuk tidak boleh kembali sebelum dia memberitahu Presiden Amerika Serikat bahwa dirinya bernama Khan dan bukan teroris.
                                                 
Rizwan yang putus asa karena harus berpisah dengan orang yang dicintainya lalu memulai petualangannya melintasi berbagai negara bagian Amerika Serikat demi bertemu dengan calon Presiden Barrack Obama yang sedang berkampanye keliling Amerika. Tekadnya hanya satu, memberitahu Presiden Amerika Serikat terpilih bahwa namanya adalah Khan dan dia bukan teroris.


     waaaah ini dia film trbru dri india dan mengangkat topik islam didlamnya 
     qt lhat yg lainny yaaaaaa ....



Hasil penelitian di Inggris baru-baru ini menyebutkan bahwa media massa dan industri film ikut berperan dalam memicu sikap anti-Islam dan kecurigaan terhadap kaum Muslimin dan orang-orang Arab. Media massa dan film kerap menggambarkan Muslim dan orang Arab sebagai orang yang berbahaya dan suka melakukan kekerasan.
Tapi ada fenomena menarik yang terjadi di Festival Film Internasional Berlin tahun ini. Dalam festival kali ini, terdapat banyak film-film bertemakan Islam yang beberapa diantaranya dibuat oleh sutradara Barat. Dan film-film mereka tidak lagi menyudutkan Islam, tapi mencoba meluruskan stereotipe Barat terhadap agama Islam dan Muslim. Mereka mengangkat tema-tema Islam yang selama ini sering digambarkan secara negatif oleh media Barat, seperti identitas budaya, fundamentalisme dan tradisi membunuh dengan alasan menjaga kehormatan keluarga yang berlaku di beberapa komunitas Muslim.

“Sepuluh tahun setelah peristiwa serangan 11 September, isu-isu semacam itu akhirnya beralih dari kepala berita di surat kabar ke layar lebar. Isu-isu itulah yang harus kita diskusikan” kata sutradara asal Jerman, Burhan Qurbani.
Ia menambahkan, media massa sudah begitu kuat mempengaruhi pola pikir masyarakat dan menimbulkan ketakutan terhadap budaya tertentu tanpa melakukan riset atau bertanya terlebih dulu. “Buat saya, film adalah upaya saya untuk bersentuhan dengan Islam dan memulai sebuah dialog. Untuk membuat orang mau berdiskusi tentang Islam,” ujar Qurbani.
Dalam Festival Film Internasional Berlin, Qurbani mengikutsertakan filmnya berjudul “Syahadat” yang menceritakan kesulitan seorang Muslim yang hidup di tengah mayoritas masyarakat yang menganut budaya Kristiani.
Sutradara perempuan asal Bosnia, Jasmila Zbanic sependapat dengan Qurbani. “Media massa memperlakukan Islam secara hitam putih, tak seorang pun yang benar-benar membahasnya dengan serius,” tukas Zbanic yang mengikutsertakan filmnya berjudul “Path”. Dalam filmnya, Zbanic mengeksplorasi masalah fundamentalisme, budaya dan sejarah kekerasan yang dialami masyarakat Muslim Bosnia.
“Saya berharap film ini bisa memulai sebuah dialog. Sampai sekarang, yang kita lakukan cuma saling memaki dan berteriak,” kata Zbanic.
Sutradara lainnya yang mengangkat tema Islam adalah Feo Aladag asal Austria dengan filmnya berjudul “When We Leave.” Film ini menceritakan tradisi membunuh orang lain untuk alasan kehormatan keluarga yang berlaku di beberapa komunitas Muslim. Media Barat selalu menggambarkan tradisi itu sebagai bagian dari ajaran Islam dan dalam filmnya Alagag ingin menjelaskan bahwa tradisi itu hanya bagian dari budaya masyarakat bersangkutan dan tidak ada kaitannya dengan ajaran Islam.
“Tradisi membunuh orang lain demi menjaga kehormatan usianya jauh lebih tua dari Islam, atau dari agama apapun. Al-Quran sama sekali tidak pernah menyinggung tradisi itu. Mengatakan bahwa tradisi ini adalah ajaran Islam merupakan sebuah penyimpangan informasi tentang agama Islam,” tukas Aladag. Festival Film Internasional Berlin atau “Berlinale” yang diselenggarakan sejak tahun 1951 ini, juga menampilkan film “My Name is Khan” yang dibintangi bintang Muslim Bollywood, Shah Rukh Khan. Film ini bercerita tentang perlakuan rasial yang dialami seorang Muslim pasca peristiwa 11 September 2001 di AS.
“My name is Khan” yang saat ini sedang tayang, meraih sukses besar bahkan menjadi film box office di AS dan Eropa.



         gimna dh pda nonton filmny?????
         klau blum buruan nonton ....
         filmnya bgus ,sdikit mengharukan tpi pnya nilai-nilai kemanusian yg patut qt contoh ..
          
 

3 komentar:

AdevA mengatakan...

wes tau diputer nang indosiar..lek,
pancen apik og..

AdevA mengatakan...

sayang lehku ndlok ra nganti bar..

AdevA mengatakan...

wah2.., jame nang blog ra bner..,
mosok jam 10 isuk metune jam 8 bengi..??!!
ben akeh komentare..hehehe
bterimakasihlah pd ku..seorang